Sundanese
Dari dulu kalau ditanya orang mana pasti jawabannya orang
Jawa Barat atau orang sunda. Padahal tinggalnya di Jawa (sebutan orang Jakarta atau Jawa Barat yang merujuk pada Jawa Tengah, Jawa Timur dan sekitarnya), bahasa sunda juga ga bisa-bisa banget. Di
Jawa Barat juga cuma numpang lahir aja. Dari umur 40 hari sampai sekarang umur 23 tahun tumbuh dan besar
di tanah Jawa.
Jawaban itu ngalir gitu aja sampai besar dan sempet terbesit
pikiran kenapa sebegitu senangnya dengan tanah sunda. Sampai akhirnya lebaran
kemarin aku mudik ke Tasikmalaya, kota/daerah tempat papah aku berasal. Kami
setiap tahun selalu berkunjung ke saudara-saudara yang ada di Tasikmalaya
meskipun dalam suasana lebaran ataupun cuma pengen silaturahmi aja.
Hal yang paling wajib dilakukan adalah berkunjung ke saudara
papah yang berjumlah 7 orang. Di setiap rumah saudara, mereka pengen menjamu untuk
makan, bahkan ketika bukan di jam makan. Semua saudara nawarin buat nginep di
rumahnya, bahkan ketika banyak anak-anaknya dari luar kota dateng ramai dengan
cucu-cucunya. Tiap pulang pasti banget dibawain sekardus besar/sekeresek
jajanan sampai mobil isinya penuh, bahkan sampai beli bag yang besar untuk
naruh semua barang diatas mobil. Belum lagi kalau berkunjung ke pasar (karena
beberapa saudara punya toko kelontong) biasanya bawain mie instan sekardus.
Bukan bermaksud pamer tapi betapa aku sangat mengapresiasi cara mereka
menghargai kami sebagai saudara dari jauh juga tamu.
Aku rasa tawaran-tawaran itu bukan sekadar basa-basi. Kalau
kita bertamu cuma sebentar atau ngga pernah nginep pasti diomelin pake bahasa
sunda yang intinya “kenapa atuh kalo kesini cuma sebentar ketemunya, kenapa
atuh ga makan dulu ih mani buru-buru pisan atau kalo kesini mah ga pernah lagi
nginep di rumah”. Bukannya kami kesel digituin, justru malah kami ngerasa bersalah
karena ngga bisa menyenangkan saudara yang selalu menyenangkan kami saat kami
berkunjung.
Disini pointnya adalah mereka sangat memuliakan tamu. Sesuai
dengan hadits rasulullah “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir
maka hendaklah dia memulikan tamunya”. Bukan perkara apa yang dihidangkan tapi
mereka menjamu kami dengan cara yang sangat ramah dan hangat.
Setelah sekian lama aku baru menyadari, kenapa setiap
ditanya asal aku ngga lupa buat nyebutin orang sunda. Itu karena orang-orang
sunda (saudara) yang aku kenal menanamkan kesan kehangatan dan keramahan, memberikan
pelajaran untuk dapat memulikan tamu dengan baik, untuk tidak perhitungan dalam
memberi baik kepada saudara ataupun teman, untuk dapat menyenangkan orang lain
and I’m proud to be sundanese.
Komentar
Posting Komentar